Bioteknologi

Langkah Tepat Kendalikan Potensi Wabah Monkeypox di Indonesia

Kasus cacar monyet di Indonesia menjadi perhatian penting dalam dunia kesehatan masyarakat. Data terbaru per tanggal 28 September 2022 mengungkapkan bahwa total akumulasi kasus dugaan cacar monyet mencapai sekitar 75 kasus, terdiri dari 1 kasus konfirmasi, 1 kasus suspek, dan 73 kasus lain yang dinyatakan discarded. Dalam Konferensi Pers Perkembangan COVID-19, Monkeypox, dan Hepatitis Akut yang digelar pada 30 September 2022, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, Juru Bicara Covid-19, memberikan informasi bahwa secara keseluruhan, kasus Monkeypox di Indonesia masih tergolong terkendali, dan data suspek cenderung menurun. Tidak hanya di Indonesia, tren kasus Monkeypox di seluruh dunia juga menunjukkan penurunan. Data per 28 September 2022 mengestimasikan adanya 67.539 kasus konfirmasi Monkeypox yang terdistribusi di 105 negara dengan total kematian mencapai 27 orang.

Revolusi Teknologi: Mengungkap Misteri Monkeypox dengan Oxford Nanopore Technology

Situasi kasus Monkeypox di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Meskipun data per September 2022 menunjukkan tren penurunan kasus dan pengendalian yang baik, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Namun, pada tahun 2023 ini, Indonesia harus menerima tantangan serius seiring munculnya kasus Monkeypox yang memicu keprihatinan. Virus Monkeypox, awalnya ditemukan pada primata, dapat dengan mudah menular kepada manusia melalui kontak dengan hewan terinfeksi atau individu yang terinfeksi. Upaya pemerintah untuk menjaga situasi tetap terkendali dan mencegah penyebaran lebih lanjut tetap menjadi prioritas, mengingat pentingnya protokol kesehatan di masyarakat.

Berikut adalah beberapa aspek kunci penting yang perlu kita ketahui bersama untuk pengendalian kasus monkey pox di Indonesia.

Penyebaran Virus Monkeypox

Secara sejarah global, Virus Monkeypox pertama kali teridentifikasi di Amerika Serikat pada tahun 1958 dan kasus manusia pertama di luar Afrika muncul pada tahun 2003 di Inggris. Virus ini cenderung endemik di wilayah hutan di Afrika.

Kasus Pertama Monkeypox di Indonesia

Kasus pertama Monkeypox di Indonesia terditeksi pada tahun 2023. Dugaan pasien pertama terinfeksi selama perjalanannya ke Afrika. Kasus ini menjadi perhatian serius dan memicu respons cepat dari sektor medis dan kesehatan masyarakat.

Gejala Monkeypox

Monkeypox memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, termasuk demam, ruam kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan pustul yang menyerupai bisul. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa hari hingga dua minggu setelah paparan virus.

Penularan

Virus Monkeypox dapat menyebar melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau manusia yang terinfeksi. Penularan antar manusia juga mungkin terjadi, terutama melalui kontak kulit-ke-kulit atau melalui cairan tubuh.

Kewaspadaan Global Terhadap Monkeypox

Kasus Monkeypox di Indonesia juga memicu perhatian global, terutama di negara-negara tetangga dan organisasi kesehatan internasional. Kerja sama lintas negara dan pertukaran informasi menjadi kunci dalam menghadapi ancaman penyakit menular seperti Monkeypox.

Kasus Monkeypox di Indonesia memberikan peringatan tentang pentingnya kesiapan dalam menghadapi penyakit menular. Dengan langkah-langkah yang tepat, edukasi masyarakat, dan kerja sama internasional, penyebaran Monkeypox dapat terkendali. Salah satu Langkah yang tepat untuk pengendalian dan kewaspadaan potensi wabah kasus Monkeypox di Indonesia yang lebih efektif adalah Sekuensing. Mengapa demikian, dengan melakukan sekuensing ini untuk memberikan informasi genetik Virus Monkey pox yang lebih komprehensif. Sekuensing Monkeypox Virus di Indonesia memiliki beberapa manfaat dan pentingnya sebagai berikut:

  1. Penelitian Ilmiah: Melalui sekuensing, kita dapat memahami genom Monkeypox Virus yang berkembang di Indonesia. Informasi ini penting untuk penelitian ilmiah yang lebih mendalam tentang virus ini, termasuk mutasi dan karakteristiknya. Hal ini dapat membantu dalam pengembangan strategi pengendalian dan pencegahan yang lebih efektif.
  2. Identifikasi Galur: Dengan sekuensing, kita dapat mengidentifikasi galur Monkeypox Virus yang ada di Indonesia. Hal ini dapat membantu dalam menentukan asal usul virus, perbandingan dengan galur dari negara lain, dan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana virus menyebar.
  3. Pemahaman Penyebaran: Melalui sekuensing, kita dapat melacak bagaimana virus menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Ini penting untuk mengidentifikasi klaster infeksi dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
  4. Pemantauan Mutasi: Monkeypox Virus dapat mengalami mutasi seiring waktu. Melalui sekuensing berkala, kita dapat memantau perubahan dalam genom virus ini, yang dapat membantu dalam pengembangan vaksin dan terapi yang lebih efektif.
  5. Kesiapan Epidemiologis: Sekuensing Monkeypox Virus adalah bagian dari persiapan epidemiologis. Ini membantu pihak berwenang dan penyedia layanan kesehatan dalam merencanakan respons yang lebih efektif terhadap wabah Monkeypox.
  6. Kerja Sama Internasional: Sekuensing Monkeypox Virus juga penting dalam konteks kerja sama internasional dalam menghadapi wabah penyakit menular. Data genom yang tersebar pada komunitas internasional dapat mendukung upaya global dalam mengendalikan penyakit ini.

Perbandingan Hasil Sekuensing MinION dan Illumina

Penggunaan MinION sekuensing menghasilkan urutan genom yang lebih panjang, dalam hal ini, sepanjang 196.956 basa. Angka ini 6.322 basa lebih panjang jika bandingannya dengan sekuensing Illumina yang sebelumnya pada sampel yang sama. Perbandingan antara kedua urutan ini menunjukkan bahwa terdapat terutama indel (penyisipan atau penghapusan basa) pada daerah homopolimerik. Ini menunjukkan bahwa MinION sekuensing memiliki keunggulan dalam menghasilkan genom yang lebih lengkap.

Gambar: Minion Oxford Nanopore Technology

Baca Artikel lainnya: Identifikasi Eksosom dengan Flow Cytometry

Penting untuk dicatat bahwa, meskipun MinION sekuensing dapat memperkenalkan beberapa kesalahan karakteristik dibandingkan dengan sekuensing Illumina. Penggunaan alat perbaikan seperti Medaka dan Homopolish telah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas genom yang dihasilkan oleh MinION. Selain itu, peluncuran sekuensing kit dan flow cell versi 14 terbaru telah berhasil meningkatkan kualitas output data yang dihasilkan (Q20+) Hasil sekuensing yang lebih baik ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang penyakit Monkeypox dan dinamika penularannya, serta memungkinkan analisis filogenetik yang lebih akurat.

Dengan perbandingan ini, kita dapat melihat bahwa nanopore sekuensing menjadi tools yang sangat berguna dalam memahami penyakit menular seperti Monkeypox. Dapat memberikan hasil yang lebih mendalam dan akurat ketimbang dengan sekuensing tradisional seperti Illumina. Dengan penggunaan teknologi ini, kita dapat mengidentifikasi asal-usul galur virus dengan lebih baik dan memahami sifat penyakit ini dengan jauh lebih cepat.

Seorang peneliti dari Amsterdam baru-baru ini telah mengembangkan protokol sekuensing Virus Monkeypox (MPXV) dengan menggunakan pendekatan amplicon tiling berbasis PCR. Dalam penelitian ini, sejumlah peneliti telah mengembangkan protokol berdasarkan pendekatan amplicon tiling berbasis PCR, yang terinspirasi oleh “SARS-CoV-2 Midnight Protocol” yang tercetus oleh Nikki Freed dkk. serta jaringan ARTIC. Protokol ini khusus untuk analisis Monkeypox Virus (MPXV) dan melibatkan sebanyak 88 set primer yang terbagi menjadi 2 kelompok amplicon. Ukuran amplicon yang menjadi hasil sekitar 2,5 kilobasa (kB). Pendekatan ini memberikan metode yang efektif dalam pemahaman dan karakterisasi genom MPXV, yang dapat menjadi landasan penting dalam penelitian monkeypox.

Advisains dapat memfasilitasi diskusi lebih lanjut mengenai product Sequencing. Sampaikan Kebutuhan Riset Anda Tim advisor spesialis kami sangat antusias mendukung keberhasilan riset dan aplikasi rutin Anda. Chat sekarang (+62 817 9154 607/info@advisains.id).


Referensi Jurnal:

  • “Nanopore sequencing of a monkeypox virus strain isolated from a pustular lesion in the Central African Republic” oleh Mathias Vandenbogaert, Aurélia Kwasiborski, Ella Gonofo, dan lainnya. (Tahun 2022).
  • https://upk.kemkes.go.id/new/kasus-cacar-monyet-terkonfirmasi-melandai
  • “Monkeypox virus whole genome sequencing using combination of NextGenPCR and Oxford Nanopore V.1 This protocol is a draft, published without a DOI. Matthijs Welkers 1 , M. Jonges 1 , Anton van den Ouden 2 1AmsterdamUMC location AMC, Dept. of Medical Microbiology & Infection Prevention, Amsterdam, The Netherlands;2Molecular Biology Systems B.V., Goes, The Netherlands Anton van den”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *